15 Jan 2012

Sebuah Jawaban

-->
            Badan terasa segar setelah memanjakan tubuh di kamar mandi, selagi bersiap dengan mengenakan sarung dan baju hitam polos yang berlengan panjang. Tak lupa merapikan rambut yang sudah cukup panjang di depan cermin akibat tidak bisa memakai kopia sambil sedikit tersenyum memandangi wajah pas-pasan ini, serta beberapa semprotan parfum sebagai pelengkapnya.
            Ditemani dengan cuaca cerah yang pada hari-hari sebelumnya selalu diselimuti awan gelap disertai guyuran air (maklum musim hujan), melangkahkan kaki menggunakan sepasang sandal jepit menuju mesjid yang berjarak ± 100 meter dari rumah sebagai suatu kewajiban bagi pria di hari jumat. Mencoba menikmati setiap langkah agar perjanalan tidak membosankan, sssttttt... terlintas sebuah pertanyaan sederhana dipikiran namun sangat besar pengaruhnya, yaitu “Apa yang menyebabkan kebanyakan manusia sekarang ini kehilangan hati nurani?”. Mencoba mengkaji pertanyaan ini berdasarkan realita yang ada, dan memang harus diakui banyak yang telah berubah. Manusia seakan-akan miskin etika dan moral, kehilangan panutan, bahkan nilai-nilai leluhur dan adat istiadat yang mengatur hubungan manusia sudah luntur terutama dikehidupan kota-kota besar. Mungkin semua itu disebabkan oleh pengaruh dari kemajuan teknologi, atau pengaruh dari bangsa lain, atau atas dasar pemenuhan kebutuhan pribadi. Namun dugaan itu bukan yang diminta hati kecil ini sebagai jawaban yang sebenarnya. Karena terlalu fokus, tak terasa telah tiba di rumah Sang Penguasa Jagad Raya. Akhirnya melupakan sejenak pertanyaan tadi dan fokus pada kewajiban.
            Diakhiri salam dan disempurnakan dengan doa yang tentunya rahasia, inilah yang disebut hubungan Tuhan dengan hamba-Nya. Berjalan keluar sembari melihat jam yang menunjukkan pukul satu kurang sepuluh menit dengan maksud melangkah pulang untuk melanjutkan aktivitas. Namun niat tersebut tertunda sejenak akibat hujan turun cukup deras yang jika diterobos pasti sekujur tubuh basah sampai rumah. Hujan yang turun membuat sedikit kekhawatiran karena teringat sepasang sepatu berwarna hitam yang dijemur di depan rumah akan ikut basah. Tak lama hujan yang tadinya deras berganti balutan gerimis, yang tanpa pikir panjang bergegas pulang dan sepatu yang tadinya hampir kering kembali basah seperti dugaan sebelumnya. Tapi harus disyukuri karena masih basah daripada hilang dicuri orang.
            Kini saatnya mencoba menjawab pertanyaan yang belum terpecahkan. Pertama, beberapa ayat Al-Qur’an yang dijadikan sebagai referensi awal, yaitu :
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku) mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya”.( QS. Al A’raf : 146 )
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".( QS. Al-Mu’min : 60 )
“Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.( QS. An Nahl : 23 )
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(QS. Luqman: 18 )

            Dari ayat di atas, kata sombong menjadi kata kunci. Sombong merupakan sifat yang sudah melekat pada diri iblis sejak dulu. Hati manusia yang sombong akan menjadikannya buta, sehingga ia melihat dirinya sebagai orang yang benar padahal ia salah. Bahkan perbuatan dosa yang mereka lakukan dianggap sebagai bukan dosa dan mengecilkan rasa takutnya kepada Allah SWT. Kesombongan hanya membawa kita ke lembah neraka jahanam. Perlu disadari bahwa sebagai manusia, tidak ada yang bisa disombongkan. Harta?? Akan musnah jika musibah datang, tentunya dengan izin-Nya. Ketampanan atau kecantikan?? Akan luntur seiring berjalannya waktu. Begitu juga dengan tahta yang tidak kekal karena pasti ada regenerasi. Harusnya kita malu karena belum tentu tindakan kita selama ini sebanding dengan kenikmatan yang kita peroleh. Lagian tidak ada jaminan kalau tindakan kita sudah punya manfaat bagi orang lain khususnya orang terdekat kita, terlebih untuk kita sendiri tentunya. Kesombongan diri membuat manusia lupa dari mana mereka berasal, untuk apa mereka dan akan ke mana mereka nantinya. Hal ini selaras dari pendapat Al-Gazali yang menyebutkan bahwa bahaya sombong dan membanggakan diri termasuk perilaku yang merusak yang mengakibatkan psikopatologi atau sakit mental.
            Pada dasarnya setiap manusia memilki sifat kesombongan, namun persoalannya disini bagaimana mereka bisa mengendalikan atau mengontrol sifat tersebut. Ketika kesombongan menguasai diri, akibatnya pasti merugikan bahkan bisa saja tindakan yang ditimbulkan lebih rendah dari binatang. Sebaliknya jika mampu mengendalikan kesombongan diri, yakin bahwa ketenangan jiwa hadir dalam kehidupan. Kesombongan hati manusialah yang menjadi kunci jawaban dari pertanyaan tadi. Setiap orang punya hak berargumen tentang hal ini, tapi jawaban ini yang cukup membuat puas hati kecil ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar